Cinta Itu....(02)

Selasa, 26 Oktober 2010

sambungan...

Kalo ada orang yang jatuh cinta tapi malah bikin lemah dan loyo kayak gini, berarti dia belum mampu memaknai cinta. Jangan-
jangan lebih banyak
ngelamunnya karena terjerat mimpi-mimpi indah kalo sampe mencintai lawan jenis yang dia idamkan itu.

berries
Padahal, yang namanya cinta nggak begitu
kok. Cinta itu konstruktif. Bisa membangun segala daya cipta dan kreativitas kita. Suer!

Cinta tak melenyapkan semua masalah.

Konon kabarnya, penganut
faham romantik percaya banget bahwa cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu
obat bagi segala penyakit.
Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya,
cinta nggaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih (suami-istri) berani menghadapi masalah.
Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar.
Orang yang tengah mabuk
kepayang berarti nggak benar-benar mencinta-cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem. Betul nggak?

Maka, kalo misalnya kita mo
nikah, selain cinta tentu kudu ada persiapan ilmu, mental, dan juga jaminan untuk nafkahnya, lho. Kalo modalnya cinta doang, harus dipertanyakan tuh,sebab menikah bukan cuma modal cinta. Suer. Kalo nggak punya beras, apa cukup dengan cinta? Nggak kan? Cinta tuh hanya akan memotivasi kita untuk mencari jalan keluar supaya bisa dapetin beras. Misalnya, bisa dengan nyari pinjeman uang, atau ngutang dulu ke warung
sebelah, bahkan banyak juga orang yang kemudian dapetin beras spanyol alias separo nyolong (hehehe.. kalo yang terakhir ini sih jangan kamu lakuin deh)

Cinta cenderung konstan.

Ya, cinta itu bergerak konstan,
sobat. Maka kita patut curiga
bila grafik perasaan kita pada
sesuatu atau kekasih (suami-
istri or calon suami dan calon
istri) yang kita cintai tuh turun-
naik sangat tajam. Kalau saat
jauh kita merasa kekasih lebih
hebat dibanding saat bersama,
itu pertanda kita
mengidealisasikannya, bukan
melihatnya secara realistis.

Lantas saat kembali bersama,
kita memandang kekasih dengan
lebih kritis dan hilanglah segala
bayangan hebat itu. Sebaliknya
berhati-hatilah bila kita merasa
kekasih hebat saat kita
berdekatan dengannya dan
tidak lagi merasakan hal yang
sama saat dia jauh. Hal
sedemikian menandakan kita
terkecoh oleh daya tarik fisik.
Cinta terhitung sehat bila saat
dekat dan jauh dari pasangan (baca: suami-istri), kita
menyukainya dalam kadar
sebanding.

Nah, begitupun kalo kita
mencintai Allah Swt, RasulNya,
dan juga Islam. Cinta kita bisa
dibilang hebat kalo sinyalnya
terus-menerus kuat. Nggak ada
blank spot-nya. Di mana pun
selalu ada sinyal kecintaan kita
kepada Allah Swt., RasulNya, dan
juga Islam. Cirinya apa? Contoh
cinta kepada Allah Swt. Pas kita
lagi seneng, tetap inget sama
Allah Swt. Lagi sedih juga selalu
inget sama Allah Swt. Kalo
sebaliknya? Berarti cinta kita
nggak konstan. Kalo nggak
konstan berarti ada yang error.
Jadinya bisa kena sindir Allah
Ta'ala deh dalam firmanNya:

"Dan di antara manusia ada
orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi; maka
jika ia memperoleh kebajikan,
tetaplah ia dalam keadaan itu,
dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke
belakang (menjadi kafir). Rugilah
ia di dunia dan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian
yang nyata." (QS al-Hajj [22]: 11)

So, cinta tuh seharusnya
memang konstan. Kalo turun-
naik grafiknya perlu
dipertanyakan. Yuk, kita
muhasabah diri. Oke?

Cinta tak bertumpu pada daya
tarik fisik.

Dalam hubungan cinta dengan
lawan jenis, daya tarik fisik bisa
jadi penting. Tapi bahaya bila
kita menyukai lawan jenis hanya
sebatas fisik dan membencinya
untuk banyak faktor lainnya.

berries
Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah sobat, itu hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan (baca: suami-istri) saling menyukai
pribadi masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi
sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi alias perasaan terwujud
belakangan saat hubungan kian dalam antara sepasang suami-istri. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan. Waspadalah buat
yang masih senang pacaran.
Sebab kontak fisik sering
terjadi, sementara hal itu dinilai sebagai maksiat karena belum terikat tali pernikahan. Betul?

bersambung....03

0 komentar: